Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat doa-doa yang dikabulkan oleh Allah Ta’ala, terutama saat dipanjatkan dalam kondisi terjepit, dengan ketundukan hati, dan pada waktu-waktu mustajab. Doa-doa ini juga bisa terkabul karena kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya. Namun, banyak orang salah paham tentang rahasia terkabulnya doa tersebut.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’:

Kita sering menjumpai doa sejumlah orang yang dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Doa-doa tersebut kadang dipanjatkan ketika kondisi terjepit, dengan disertai ketundukan hati kepada Allah, bertepatan dengan waktu-waktu dikabulkannya doa, dan atas dasar kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya sehingga Allah mengabulkan doa tersebut sebagai tanda syukur terhadap kebaikan orang yang berdoa, serta hal-hal lain yang menyebabkan doa-doa terkabul.

Orang yang salah persepsi menganggap bahwa rahasia terkabulnya doa tadi ada pada lafaz doa yang digunakan. Maka ia pun memakai doa tadi mengabaikan berbagai perkara serta kondisi yang menyertai orang yang doanya dikabulkan tadi.

Hal ini sama seperti orang yang menggunakan obat yang manjur, pada waktu dan cara yang tepat, hingga obat itu bermanfaat baginya. Kemudian orang lain menyangka dapat memperoleh manfaat serupa hanya dengan memakai obat yang sama (sementara ia mengabaikan berbagai segi lainnya yang menyertai penggunaan obat tersebut). Orang seperti ini benar-benar telah salah persepsi. Memang, banyak orang yang salah memahami permasalahan ini.

Contoh lain kekeliruan mereka, kadang ada orang yang berada dalam kondisi terjepit berdoa di kuburan, lalu doanya dikabulkan. Orang yang bodoh lantas menyangka rahasia terkabulnya doa tadi terletak pada kuburan. Ia tidak tahu bahwa rahasia sebenarnya dari dikabulkannya doa tersebut justru terletak pada kondisi pemohon yang benar-benar terjepit dan kesungguhannya dalam memohon kepada Allah. Sekiranya hal itu dilakukan di salah satu rumah Allah, tentulah akan lebih baik dan lebih dicintai oleh-Nya.

Doa dan ta’awwudz (memohon perlindungan-Nya dari sesuatu) memiliki kedudukan seperti layaknya senjata. Kehebatan suatu senjata sangat bergantung pada pemakainya, bukan hanya dari ketajamannya. Jika senjata tersebut adalah senjata yang sempurna, tidak ada cacatnya, lengan penggunanya adalah lengan yang kuat, serta tidak ada suatu penghalang, maka tentulah ia mampu dipakai untuk menghantam dan mengalahkan musuh. Namun jika salah satu dari tiga segi itu hilang, maka efeknya juga melemah dan berkurang.

Begitu pula doa. Jika doa tadi pada dasarnya memang tidak layak, atau orang yang berdoa tidak mampu menyatukan hati dan lisannya, atau ada sesuatu yang menghalangi terkabulnya doa tersebut, maka tentu saja efeknya juga tidak akan ada.

Lihat Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ (Al-Jawaab Al-Kaafi liman Sa-ala ‘an Ad-Dawaa’ Asy-Syaafi), hlm. 25-26.

Memahami rahasia terkabulnya doa adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan dari Allah Ta’ala. Doa yang tulus, disertai dengan ketundukan hati dan dilakukan pada waktu-waktu mustajab, serta ditopang oleh amal kebaikan, memiliki peluang besar untuk dikabulkan. Namun, kita harus ingat bahwa kondisi pemohon dan keikhlasan dalam berdoa juga sangat penting. Semoga kita selalu diberikan taufik untuk berdoa dengan benar dan ikhlas, serta mendapatkan rida dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Aamiin.

Faktor doa bisa terkabul menyatukan: (1) lafaz doa yang bagus, (2) kondisi terjepit, (3) ketundukan hati kepada Allah, (4) bertepatan pada waktu terkabulnya doa, (5) gemar melakukan kebaikan, (6) hati dan lisan bersatu.

Referensi:

Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ (Al-Jawaab Al-Kaafi liman Sa-ala ‘an Ad-Dawaa’ Asy-Syaafi). Cetakan kedua, Tahun 1430 H. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Penerbit Daar Ibnul Jauzi.

Ditulis di perjalanan Panggang – Imogiri, 24 Muharram 1446 H, 29 Juli 2024

Oleh: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber : https://rumaysho.com/38855-rahasia-terkabulnya-doa-kesalahan-persepsi-dan-fakta-sebenarnya.html